Multi
Level Marketing (MLM) = Trauma” Kenapa saya tulis demikian? Jawabannya karena
banyak orang yang sudah menjalankan MLM tapi ngga ada hasil, cuman trauma
Kenapa? Bahkan ada cerita (ini ceritanya benar) seorang pengusaha hotel di
suatu daerah di Sulawesi Selatan pernah ditawari MLM dan jawabannya “ Saya trauma sama MLM”. Sewaktu dikejar dengan
pertanyaan “Traumanya kenapa Pak? Emang sudah berapa MLM yang bapak telah
jalani?” Tau
jawabannya
apa? “Sama sekali saya belum pernah menjalankan bisnis MLM, tapi yang membuat
saya trauma karena sudah banyak keluarga saya yang bangkrut, jatuh miskin dan
ngga mendapat apa-apa dari bisnis MLM kecuali utang”.
Orang
yang belum masuk bisnis MLM saja sudah trauma ketika ditawari bisnis MLM,
apalagi jika ditawarkan ke orang yang memang pernah menjalankan MLM hingga
truma. Bagaimana dengan anda …???
Sehingga
wajar jika bayak orang yang kemudian mem-pleset-kan MLM = Menipu Lewat Mulut,
MLM= Malam Lewat Malam, MLM = Masuk Langsung Mati bahkan ada yang lebih sadis
lagi yang menganggap MLM = MTM (Multi Tipu Marketing). Sebelum berbicara lebih
lanjut, kita harus tau dulu bahwa MLM bukan cara cepat untuk kaya.
Apa penyebab orang-orang
gagal di MLM dan menyebabkan
TRAUMA? 98 % orang-orang gagal ber-bisnis
MLM karena:
1. Faktor
dari dalam (faktor kepribadian member) Member berharap tanpa bekerja keras
dapat memperoleh kesuksesan Belum mengerti karakter bisnis MLM:
a.
MLM matahari Karakteristik: – Karakter rekrut – Karakter investasi
b.
MLM Binary Karakteristik: – Bonus besar – Mudah dihitung
2.
Faktor dari luar Presentasi awal yang mengedepankan hasil akhir tanpa
menjelaskan proses Presentasi pada saat prospek dan pertemuan yang
mengedepankan hasil akhir. Hal ini sudah biasa dalam dunia MLM bahkan mungkin
sudah wajib. Ini adalah “brain washing” tahap awal.
Hal
yang digugah pertama kali adalah emosi, jadi emosi kita lah yang dipermainkan
sehingga pada akhirnya kita bergabung dalam suatu MLM. Materi yang biasa
dijadikan tema yaitu: – Janji penghasilan Jutaan rupiah di setiap peringkat.
Padahal peringkat tidak ada artinya jika tidak ada omzet yang dihasilkan. –
Kemewahan reward seperti : Rumah mewah, Mobil Mewah, Keluar Negeri, Perjalanan
Ibadah tanpa dijelaskan hitungan-hitungannya bagaimana kita bisa mendapatkan
reward yang dimaksud.
Hal
yang mendasar saja tidak pernah dijelaskan, yaitu apa sih sebenarnya reward
itu? Apa sama dengan hadiah? Ataukah betul-betul reward yang diberikan oleh
perusahaan atas prestasi kita yang dananya diambil betul-betul dari kas
perusahaan? Sebenarnya, reward itu adalah bonus anda yang ditunda
pembayarannya. Jadi, adalah bonus kita yang dikumpul sedikit demi sedikit (=
ditunda) sampai pada akhirnya terkumpul senilai atau bahkan lebih tinggi
beberapa kali lipat nilainya dari harga reward tersebut.
Tapi
pernahkah kita mempertanyakannya pada Upline atau pun support system kita
mengenai reward? Tidak kan? Soalnya otak kita sudah di “cuci” di setiap
pertemuan-pertemuan. Bagaimana jika pertanyaannya begini: “Jika misalnya bonus
tunda kita sudah hampir mencapai syarat mendapatkan sebuah reward; katakanlah
sebuah mobil mewah; tapi pada saat itu juga kita sudah kelelahan untuk
menjalankan MLM tersebut atau karena alasan lain sehingga kita terpaksa
berhenti, apakah bonus tunda tersebut kita dapatkan?” Jawabannya adalah TIDAK !
Sama sekali tidak.
Lalu
bonus tunda kita tersebut dikemanakan? Ya… pastilah masuk ke kas perusahaan.
Kita yang kerja setengah mati bercucuran keringat, eh… malah perusahaan yang
enak-enak dan semaunya aja mengambil hak kita. Untuk memperoleh reward sangat
banyak syarat, dibutuhkan waktu, tenaga dan uang yang sangat besar sebagai
modal awal.
Ditinjau
dari sudut kebutuhan, sebenarnya Anda lebih Butuh Bonus Cash yang dibayar
Harian daripada Bonus Tunda (Reward) Pasif Income Pasti ada syarat
lanjutan misalnya side volume dan tutup point Pembayaran
Pembayaran Bulanan (45
sampai 56 hari), Dua mingguan, Mingguan, Setiap hari (harian) Masyarakat
Indonesia adalah MASYARAKAT BUSER (Butuh Uang SEgeRa) yang realistis: Apa yang
akan di makan besok dan apa yang akan di masak lusa. Melihat kondisi pembayaran
bonus berbagai MLM di atas, yang paling realistis dan masuk akal adalah
pembayaran bonus harian, kenapa?
Karena kebutuhan
hidup juga sifatnya harian. Coba kita perhatikan kondisi finansial sebagian
besar masyarakat Indonesia di bawah ini: Posisi Keuangan / Bulannya seperti
gambar di atas, solusinya: * Mencari penghasilan Tambahan * Mengurangi jumlah
Kebutuhan MLM menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut di atas
karena memiliki kelebihan-kelebihan dibanding bisnis konvensional.
Diantara
kelebihan-kelebihan tersebut adalah menggunakan modal sekecil-kecilnya namun
hasil yang diperoleh tak terbatas.
Tutup Point atau
automaintence
Hal berikut yang
tidak pernah dijelaskan secara detail kepada calon member adalah apa itu Tutup
Point. Sehingga wajar jika banyak member yang merasa tertipu, jadi sales, jatuh
bangkrut, miskin dan akhirnya trauma.
Apa sih Tutup
Point itu? Tutup point adalah syarat yang ditetapkan oleh perusahaan yang sifatnya
wajib bagi member untuk mendapatkan bonusnya. Jadi, sudah merupakan keharusan
bagi member, dan member yang tidak melakukan tutup point tidak akan memperoleh
bonus seberapa besar pun omzet yang dihasilkan oleh member.
Pertanyaan yang
kemudian timbul adalah “apakah hal ini manusiawi?” Bonus yang sudah menjadi hak
kita akibat omzet yang kita ciptakan dipersulit sedemikian rupa dengan
keharusan berbelanja secara tutup point atau apapun namanya? Apa akibat yang
timbul kemudian? Setiap bulannya, mau tidak mau kita “menampung” produk hasil
dari tutup point tersebut. Tidak mungkin dari sekian banyak produk tutup point
tersebut habis ter-konsumsi sekeluarga. Artinya barang akan menumpuk di rumah
kita. Efek berikutnya, mau tidak mau kita akan berusaha “menyingkirkan” barang
tersebut dengan cara menjualnya ke tetangga, teman atau kerabat kita. Artinya,
sadar atau tidak, sistem tutup poin ini akan membuat kita jadi sales.
Coba anda
perhatikan hal berikut: tapi : Dari gambaran di atas, sangat jelas efek berikut
yang akan ditanggung member adalah kerugian. Barang yang tadinya seharga X
tidak mungkin akan laku terjual dengan harga yang sama, pasti pembeli akan
membeli dengan harga yang jauh lebih murah. Bahkan banyak teman-teman saya yang
sampai “banting harga” hingga setengah harga semula. Rugi kan???
Hal terakhir yang
kemudian timbul akibat keharusan tutup point adalah U T A N G. Semakin lama,
nilai tutup point akan semakin meningkat. Semakin tinggi peringkat, semakin
besar pula nilai tutup point yang ditetapkan oleh perusahaan.
Tapi anehnya, member
dengan “senang hati” melakukannya (ini akibatnya kalo sering-sering di-brain
washing melalui training tuh…). Satu persatu barang berharga kita terjual
untuk memenuhi tutup point ini, bahkan ada yang sampai menjual mobil dan
rumahnya demi tutup point. Kalau barang-barang berharga sudah habis terjual,
mau tidak mau berutang jadi solusi.
Perhitungan Bonus yang
sulit & banyaknya Jenis Bonus “Jebakan” yang paling banyak dipergunakan
oleh perusahaan MLM adalah perhitungan bonus yang sulit dan terlalu banyaknya
jenis bonus. Perusahaan menciptakan marketing plan dengan parameter yang banyak
sehingga member kesulitan dalam menghitung bonus yang akan diterimanya. Member
mengetahui nilai bonus yang diterimanya setelah memperoleh statemen bonus atau
setelah bonus diterimanya. Yang perlu diketahui dan dipahami bersama adalah
bonus itu tercipta dari omzet.
Dan HANYA ada tiga
jenis omzet di bisnis MLM. Omzet apa sajakah itu? – Omzet mengajak = Bonus
mengajak – Omzet membina = Bonus pembinaan – Omzet belanja ulang = Bonus
belanja ulang
Besar kecilnya bonus
tidak tergantung kepada banyaknya jenis bonus akan tetapi tergantung kepada
perhitungan persentase dari bonus atau omzet yang tercipta. Jenis bonus yang
banyak akan membuka peluang bagi perusahaan untuk menetapkan syarat-syarat yang
tidak di ketahui member. Peringkat Sama halnya dengan iming-iming kemewahan
yang telah dibahas di bagian depan, peringkat juga sering dijadikan bahan Brain
Washing bagi calon-calon member.
Tekadang pada saat
Training, Peringkat ini dihubung-hubungkan dengan besarnya bonus. Coba anda
simak baik-baik hal berikut ini: Parameter yang dijadikan syarat kenaikan
peringkat member: – Memiliki minimal dua grup dibawahnya sama peringkatnya –
Memiliki total nilai poin tertentu sesuai dengan yang telah disyaratkan –
Memiliki total nilai poin grup lain selain grup utama (side volume) – Tutup
poin sesuai dengan yang telah disyaratkan Akibat yang ditimbulkan oleh adanya
sistem Peringkat: – Semakin tinggi peringkat, semakin besar persentase bonus
dan diskon produk – Jika jika salah satu syarat kenaikan peringkat tidak
terpenuhi dimana peringkat upline sama dengan peringkat downline maka terjadi “
Break Away ” yang mengakibatkan bonus yang kita hasilkan = 0.
Contoh gambarannya
sebagai berikut: Fakta : – Member yang bergabung di bisnis MLM berusaha untuk
secepatnya naik peringkat untuk memperoleh % bonus yang lebih besar (Melupakan
arti “ Break Away “), sehingga mau tidak mau, kejadian Break away peringkat
pasti akan kita rasakan. – Besar kecilnya bonus tidak hanya tergantung
peringkat tapi faktor utama adalah omzet .
Semoga dengan adanya
“sedikit” penjelasan dari saya, dapat menambah pengetahuan bagi anda untuk
memilih dan memilah MLM-MLM yang semakin tumbuh subur di tanah air kita
tercinta. Harapan terakhir, semoga impian kita untuk sukses dan memperoleh
Kebebasan Waktu dan Kebebasan Finansial dapat tercapai.
Berpikir Cerdas memutuskan secara cerdas akan menghasilkan Kesuksesan di bisnis MLM
0 komentar on MLM antara sukses atau gagal :
Post a Comment and Don't Spam!